Rabu, 23 Oktober 2019

Peranan Mamak Terhadap Kemenakan dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0


 PERAN MAMAK TERHADAP KEMENAKAN DALAM REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Oleh : Afrizal, S.Pd.,  Malin Saidi
Add caption
Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam budaya dan adat Istiadat, baik itu kebudaya lokal, budaya Nasional maupun kebudayaan asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka. Budaya tersebut tidak hanya mencakup budaya asli Bumiputra, tetapi mencakup budaya Pribumi yang mendapat pengaruh dari budaya seperti Tinghoa, Arab, India, Eropa (Welkipidia.orang/wiki/budaya Indonesia). Sumatera Barat merupakan  salah satu provinsi yang memiliki kebudayaan dan adat istiada yang sangat unik di Pulau Sumatera. Sumatera Barat dikenal dengan budaya Minang Kabau yang memiliki Filosofi sangat kuat dalam menjalani kehidupan yang dinamakan dengan Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah, Adat Mangato Syara’ Mamakai.
Adat berarti peraturan, sandi merupakan landasan, syara’ merupakan kumpulan hukum-hukum islam, kitabullah berarti kumpulan wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasulullah melalui malaikat Jibril. Jadi Adat Basandi Syara’ Syara’ Basandi Kitabullah adalah aturan-aturan adat minang kabau takluk kepada Syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Filosofi tersebutlah yang dipakai oleh masyarakat Minang Kabau dalam menjalani kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan manusia yang hebat secara Horizontal (makluk beersosial) dan Vertikal (makluk yang miliki tuhan).
Keunikan lainnya yang dimiliki oleh orang Minang adalah memperioritaskan laki-laki sebagai tumpuan untuk menjalankan adat dan kebudayaan. sehingga peran laki-laki sering diminangkabau sering disebut sebagai mamak.
Mamak adalah saudara laki-laki dari ibu. Mamak di Minang Kabau memiliki peran untuk menjaga anak serta membimbing kemenakan, hal ini disampaikan dalam pepatah Minang Kabau
Taluak paku kacang balimbiang,
tampuruang lenggang-lenggangkan,

bawok manurun kasaruaso,
tanam sirieh jo ureknyo,
anak dipangku kaponakan dibimbiang,
urang kampuang dipatenggangkan,
tenggang nagari jan binaso,
tenggang sarato adatnyo.
Pepatah diatas bermakna, seorang ayah bertanggung jawab pada anaknya, anakpun berkewajiban membalas budi baik ayahnya, ayah payuang panji katiko hujan dan payuah panji katiko paneh. Ayah memiliki tanggung jawab terhadap kemenakan dengan menunjukkan kemanakannya sesuai dengan keadaan adat. Orang kampuang dipatenggangkan berarti ada tanggung jawab sosial memelihara semua anak nagari adalah orangkampuang (Mas’oed :2016). Seorang mamak akan berupaya untuk membimbing kemenakan  agar kemenakan tidak salah dalam bersikap ditengah masyarakat.
Perkembangan industri menjadi perbincangan serius dan hangat saat ini. Industri adalah manusia berupaya untuk melakukan berbagai cara untuk mengolah sumber daya dan memproduksi barang hal ini yang disebut dengan industri. Perkembangan indsutri dimulai pada abad ke-18 yang diawali dengan revolusi indstri 1.0 yang ditandai dengan penemuan mesin uap digunakan untuk proses produksi barang serta sebagai trasnfortasi laut, kemudian revolusi industri 2.0 yang terjadi awal abad ke 20 yang ditanndai dengan penemuan tenaga listri, industri 3.0 dipicu oleh mesin yang dapat bergerak dan berfikir secara otomatis yaitu computer dan robot.(www.wartaekonomi.co.id )  dan pada abad ke-21 muncullah revolusi Industri 4.0.
Revolusi 4.0 menerapkan konsep automatisasai yang dilakukan mesin tanpa memerlukan tenaga manusia dalam mengaplikasikannya.  Konsep ini pertama kali dicetus dijerman oleh Prof Klaus Schwab pendiri dan ketua Eksekutif World Economic Forum (WEF) (Fonna, 2019:18)
Perkembangan revolusi industry 4.0 telah dirasakan dan dinikmati oleh manusia meski tidak sepenuhnya, dan memiliki pengaruh yang besar terhadap kelangsungan hidup manusia. Adanya perkembangan revousi industry ini memberikan peluang bagi manusia untuk mendapatkan informasi tentang dunia, peristiwa yang sedang berlangsung menggunakan Android, memudahkan manusia melakukan transaksi jual beli, transferensi ilmu dengan teknologi tanpa ada tatap muka secara langsung.
Batatusangkar Internasional Conference IV (BIC-IV 2019) dengan tema  Building Modern Islamic Civilization In 4.0 Industrial Revolution And 5.0 Society Era , yang dihadiri oleh tokoh-tokoh besar didalam maupun diluar negri , Seperti Dr. Sulfikar Amir. P.Hd   Dari University Singapura, Dr. Adiwarman MBA dar Indonesia, Prof. Dr. Che Zarrina Saary dari University of Malaya,  Dr. Aly Abdelmoniem Abdelwanis dari Al-Azhar- Mesir dan Guru besar Institut Agama Islam Negeri Batusangkar Bapak Prof. Hasan Zaini.
Dari Seminar tersebut dijelaskan perkembangan teknologi revolusi industry 4.0 memberikan dampak positif dan negatf terhadap kelangsungan hidup manusia  baik itu disektor Ekonomi, sektor Hukum, sector  Agama, Ibadah, sektor Psikologi, sektor Kesehatan , sektor Moral atau prilaku dan sektor lainnya. Untuk itu diharapkan manusia berupaya meningkatkan kualitas diri dengan mengembangkan potensi, skiil, dan ilmu pengetahuan dan ilmu agama.
Lalu bagaimana dengan peranan mamak terhadap perkembangan revolusi industry 4.0 ? Sikap, etika, prilaku, moral yang saat ini tengah dilakukan oleh kalangan anak-anak dan remaja membuat masyarakat resah dan gelisah. Gedjed yang saat ini telah berupaya mempengaruhi prilaku remaja, dimana remaja tidak peduli dengan lingkungan sekitar, mereka tidak peduli dengan kesehatan mereka, mereka lupa kapan mereka harus tidur dan yang disayangkan mereka tak bisa mengaplikasi filsafat kato na Ampek. Kato mandaki, kato maleriang, kato mandata dan kato manurun.
 Hasil penelitian menunjukakan bahwa Gedjed memberikan dampak terhadap anak cenderung lebih malas belajar, pikiran anak hanya focus pada game onliene , perilaku emosional anak tidak baik, dan kurang peduli dengan lingkungan sekitarnya (Nurlaela diunggah di Journal https://ojs.unm.ac.id/tomalebbi/article/view/3669). Seriring dengan itu penelitian yang dilakukan disalah satu sekolah di Sumatera Barat Didapatkan hasil bahwa gedjed memberikan dampak negative bagi generasi yang sedang belajar seperti menyebabkan pelajar sering bolos sekolah, Suka berbohong kepada orang tua, Susah di atur, dengan sering menghabiskan waktunya bermain gedjed melawan kepada orang tua. Semua itu tak lepas dari control orangtua maupun control dari mamak.
Mamak sangat berperan terhadap perkembangan revolusi indutri ini, hal ini tak luput dari pepatah adat yang disampaikan diawal tadi, anak dipangku kemenakan dibimbiang.
Peran mamak terhadap kemenakan tidak luput dari aspek kelakuan atau moral, mamak bertanggung jawab atas pendidikan formal/pendidikan agama kemenakannya. Mamak selalu menanyakan perkembangan jalannya pendidikan kemenakannya. Mamak juga menanyakan kebutuhan material pendidikan kemenakannya. Serta mamak memberikan keterampilan berkomunikasi yang baik kepada kemenakan dengan pelatihan pidato adat. Tak hanya itu mamak berperan memberi petunjuk dan mengajari kemenakannya, agar setiap tindakannya dan perbuatanya dalam hidup bermasyarakat tidak melakukan kesalahan, hal ini disebut dalam pepatah mamak menunjuk mengajari, malam dengarkan siang lihat-lihati.

Kamis, 20 Oktober 2016

pengertian dan tujuan konseling kelompok

                                                                                                                                KONSELING KELOMPOK
1.      Pengertian Konseling Kelompok
Konseling kelompok berasal dari dua kata yaitu konseling dan kelompok. Istilah konseling diadopsi dari bahasa Inggris “counseling” didalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take counsel). [1] Jadi secara etimologi konseling berarti pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran. Secara istilah konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara dan teknik-teknik pengubahan tingkah lakunya oleh seorang ahli (konselor) kepada individu atau individu yang sedang mengalami masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.[2]
Sedangkan pengertian kelompok menurut H. Smith dalam Slamet Santosa adalah suatu unit yang  terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi.[3]


Konseling  kelompok merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada siswa melalui kelompok untuk mendapatkan informasi yang berguna agar dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi, mampu menyusun rencana, membuat keputusan yang tepat, mengembangkan pemahaman terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan dalam membentuk perilaku yang lebih efektif dengan menggunakan dinamika kelompok. Konseling kelompok dapat dimaknai sebagai suatu upaya guru pembimbing membantu memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota  kelompok melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal.[4]
 Winkel dalam Namora menjelaskan bahwa konseling kelompok merupakan pelaksanaan proses konseling yang dilakukan antara seorang konselor profesional dan beberapa klien sekaligus dalam kelompok kecil.[5] Pelaksanaan  konseling kelompok bermaksud memanfaatkan dinamika kelompok sebagai media dalam upaya membimbing individu-individu yang memerlukan.[6] Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang teratur  dari individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain.
Jadi, konseling kelompok adalah suatu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan klien untuk mengentaskan permasalahan yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok dengan menggunakan dinamika kelompok sehingga anggota kelompok (klien) memperoleh keterampilan membuat keputusan untuk menemukan solusi yang memuaskan terhadap masalah yang dialami.
2.      Tujuan Konseling Kelompok
Tujuan Konseling Kelompok menurut Prayitno dalam Tohirin terbagi atas dua yaitu secara umum dan secara khusus. Secara umum tujuan konseling kelompok adalah berkembanganya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan berkomunikasi. Melalui pelayanan konseling kelompok, hal-hal dapat menghambat  atau menganggu sosialisasi dan komunikasi siswa diungkap dan didinamikakan melalui berbagai teknik, sehingga kemampuan sosialisasi dan berkomunikasi siswa berkembang secara optimal dan mengentaskan masalah klien dengan memanfaatkan dinamika kelompok. [7]
Secara  khusus, karena layanan konseling kelompok berfokus pada masalah pribadi individu peserta layanan, maka layanan konseling kelompok yang insentif dalam upaya pemecahan masalah tersebut, para peserta memperoleh dua tujuan yaitu : pertama, berkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap terarah kepada tingkah laku khususnya, bersosialisasi dan berkomunikasi. Kedua, terpecahnya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbas pemecahan masalah tersebut.[8]
Dalam literatul mengenai konseling kelompok ditemukan dalam karya Erle M. Ohslen, Don C. Dinkmeyer dan James J. Muro serta Gerald Corey dalam Winkel & Sri Hastuti, ditemukan sejumlah tujuan umum dari pelayanan bimbingan dalam konseling kelompok sebagai berikut :
a.    Masing-masing konseli memahami dirinya dengan baik dan menemukan dirinya sendiri. Berdasarkan pemahaman diri itu dia lebih rela menerima dirinya sendiri dan lebih terbuka terhadap aspek-aspek positif dalam kepribadiannya.
b.    Para konseli mengembangkan kemampuan berkomunikasi satu sama lain, sehingga mereka dapat saling memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang khas untuk fase perkembangan mereka.
c.    Para konseli memperoleh kemampuan mengatur dirinya sendiri dan mengarahkan hidupnya sendiri, mula-mula dalam kontak antarpribadi di dalam kelompok dan kemudian juga dalam kehidupan sehari-hari diluar lingkungan kelompoknya.
d.   Para konseli menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih mampu menghayati perasaan orang lain. Kepekaan dan penghayatan ini akan membuat mereka lebih sensitif juga terhadap kebutuhan psikologis dan alam perasaan sendiri.
e.    Masing-masing konseli menetapkan suatu sasaran yang ingin mereka capai, yang diwujudkan dalam sikap dan prilaku yang lebih konstruktif.
f.     Para konseli lebih menyadari dan menghayati makna dari kehidupan manusia sebagai kehidupan bersama, yang mengandung tuntutan menerima orang laindan harap akan diterima oleh orang lain.
g.    Para konseli belajar berkomunikasi dengan seluruh anggota kelompok secara terbuka, dengan saling menghargai dan saling menaruh perhatian. Pengalaman bahwa komunikasi yang demikian dimungkinkan, akan membawa dampak positif dalam kehidupan dengan orang lan yang dekat padanya.[9]
                   
              Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok bertujuan untuk melatih kemampuan berkomunikasi siswa, rasa tenggang rasa, rasa kepedulian, serta terentaskannya masalah yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.



[1] Tohirin, Bimbingan dan Konseling disekolah Madrasah  ( Pekan Baru : PT Raja Grafindo, 2007 ) hal 22
[2] Soli Abimanyu, Thayeb Manrihu, Tehnik dan Laboratorium Konseling (Jakarta: Depdikbud, 1996 ) hal 12
[3] Slamet Santosa, Dinamika Kelompok ( Jakarta : PT Bumi Aksara, 2004) hal 6
[4] Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004) Cet ke-2, h. 315
[5] Namora Lumongga, Memahami Dasar-Dasar Konselong dalam teori dan praktik (jakarta : Prenada Media Group, 2011 ) hal 198
[6] Prayitno, Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok ( Padang, 1995 )hal 65
[7] Tohirin, Bimbingan dan Konseling disekolah Madrasah,..., hal 181
[8] Tohirin, Bimbingan dan Konseling disekolah Madrasah,…, hal 182
[9] Winkel& Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Intitusi Pendidikan (Yogyakarta: Media Abadi. 2004 ) hal. 592-593

Minggu, 02 Oktober 2016

Berita COMS menjadi IMS3 , Dari Hasil MUBES

Setelah terlaksananya kegiatan seminar regional oleh COMS beberapa minggu yang lalu. Cumunity mahasiswa Solok kembali mengadakan  Musyawarah besar(MUBES)  pada hari Minggu, tanggal 02 Oktober 2015 betempat di Gedung D2 Kampus II IAIN Bukittinggi. Kegiatan MUBES ini adalah musyarah terbesar yang ada dalam COMS dan dilakukan satu kali dalam setahun. Dalam Mubes dibahasa adala Hal-hal yang berkaitan dengan organisasi baik itu (Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga  (AD/ART), Struktur Kepengurusan maupun program kerja COMS. Mubes juga dimaknakan telah berakhirnya masa kepengurusan sebelumnya/pergantian pengurus.

Kegiatan Mubes yang bertemakan dengan “MUBES kita Tingkatkan Birokrasi COMS” itu dihadiri oleh puluhan/ratusan mahasiswa IAIN Bukittinggi yang berasal dari Kota Solok dan Kabupaten Solok. Tingginya loyalitas mahasiswa COMS terhadap kegiatan ini dapat dilihat dari keseriusan peserta dalam mengikuti sidang. Sidang berjalan dengan lancar dan kondusif ungkap salah seorang anggota COMS.
Dari hasil Mubes didapatkan bahwa pergantian nama COMS dengan Ikatan Mahasiswa Solok Saiyo Sakato disingkat dengan IMS3. Nama IMS3 sudah familiar didengar diseluruh Indonesia atau Nusantara ungkap afrizal, Yana, Basrijal ( pengurus Coms) dan beberapa orang lainnya. Jika kita memakai IMS3 maka ini akan membuat LINK kita didaerah Sumatera ini akan kuat ungkap peserta sidang. Perubahan nama ini membuat seluruh peserta sidang semakin semangat dan ceria dalam memajukan organisasi yang bermotokan saciok bak ayam, sadanciang bak basi itu.
Pada sidang pleno IV merupakan sidang pemilihan calon Ketua Umum, dalam hal ini beberapa orang peserta sidang dengan berani dan semangat untuk mencalonkan diri menjadi Ketua Umum IMS3 diantaranya adalah Yana, Endang, Mira, Jon Darmis, dan Syauki. Pemilihan ketua Umum dilakukan dengan cara foting. Sehingga diperoleh hasil bahwa saudara Endang sebagai permatur terpilih.
Penulis berharap, dengan adanya pergantian pengurus maka kegiatan yang berkaitan dengan IMS3 semakin meningkat dan semakin kompak seluruh mahasiswa yang berasal dari Kota Solok
Oleh: AFRIZAL


Kamis, 29 September 2016

Undangan Wisuda ke IV IAIN Bukittinggi untuk Amak/Ayah

UNDANGAN WISUDA
Suatu tekat dan keinginan yang dapat saya berikan untuk diri dan keluarga, agar dapat melanjutkan study setelah tamat sekolah disalah satu Madrasah Aliah Negeri yang berada di Kabupaten Solok. Pada waktu itu saya lulus tahun 2012, dan akan melanjutkan di IAIN Padang dengan jurusan Bahas Arab (Lulus), tetapi takdir berkehendak lain.
Hingga saya mampu melanjutkan Study di  Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Sjech M. Djamil Dijambek Bukittinggi yang pada tahun 2014 beralih status menjadi Institu Agama Islam Negeri Bukittinggi (Akreditasi B). Belajar memami tentang dunia Bimbingan Konseling (Akreditasi B). Bimbingan Konseling merupakan suatu upaya dalam mengentaskan permasalahan seseorang dengan berbagai teknik. Jurusan Bimbingan Konseling yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat maupun sekolah saat ini. Saya sangat bangga dengan jurusan ini, karena mampu merubah kehidupan saya menjadi lebih baik. Saya yang biasanya menjadi pribadi pendiam , tapi sekarang tidak lagi. hingga di amanahkan menjadi orang yang didahulukan selangkah diantara teman-teman jurusan bimbingan konseling pada tahun 2014/2015.
Perjalanan singkat selama  4 tahun di Jurusan ini saya sudahi dengan mengambil matakuliah Skripsi, nan merupakan tugas akhir yang sangat menantang dengan judul penelitian Layanan Konseling Kelompok menggunakan tekni decision making model untukmeningkatkan kematangan pemlihan karir siswa . Tepat pada tanggal 16 Agustus saya dapat menampilkan skiripsi saya dan pada waktu itu saya berhak menyandang gelar Sarjana (S1). Ini memberikan isyarat bahwa saya akan segera wisuda.

Nah itu dia. Tepat pada tanggal 28 September mendapatkan undangan dari Pihak Kampus yang akan diberikan kepada kedua orangtua saya ( Amak/Ayah) Untuk dapat hadir ketika acara wisuda ke IV IAIN Bukittinggi pada tanggal 06 Oktober 2016. Alhamdulilah.
Disamping itu untuk agar kegiatan ini semakin bahagia, dan lengkap, saya pribadi mengundang pada bapak/ibu, sahabat-sahabat,adik-adik nan kaciak dak basabukan namo, gadangndak basuabukan gala, untuk dapat hadir paca hari Kamis, tanggal 06 Oktober 2016 yang diadakan di Studen Center (Aula) Kampus II IAIN Bukittingggi. Kita berharap semoga kegiatan ini berjalan dengan lancar dan diridhoi Allah SWT. Aamiin

By. Afrizal jurusan Bimbingan Konseling , 2612.063


Senin, 26 September 2016

Makalah Decision Making Model dalam konseling Kelompok

 TEKNIK DECISION MAKING MODEL DALAM KONSELING KELOMPO

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Konseling Karir






Oleh :
AFRIZAL
2612.063




JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ) BUKITTINGGI
2016





DECISION MAKING MODEL DALAM KONSELING KELOMPOK
1.      Pengertian Decision making model
Decision making model adalah salah satu teknik Model-model konseling karir yang dipelopori oleh Zunker yang berarti  perolehan keterampilan membuat keputusan yang merupakan tujuan yang sangat vital dari konseling karir.[1] Decision making model secara umum menunjukan proses pengumpulan informasi mengenai pilihan-pilihan yang relevan dan pengambilan pilihan-pilhan cocok khusus dalam konseling ini menunjukan pada suatu tujuan konseling yang mengacu pada kemampuan klien menegasi hal-hal yang dikehendakinya dalam hidup, juga kapisitas  yang meningkat klien membuat kepastian atas pilihan-pilihan dalam kehidupan.[2]
Pengambilan keputusan merupakan alat untuk menemukan suatu solusi yang memuaskan berdasarkan satu jenis variabel tertentu. Menurut Hadiarni Irman, pengambilan keputusan adalah sebuah keterampilan yang dipelajari yang mengarah pada solusi yang lebih memuaskan menurut nilai-nilai pribadi seseorang. [3]
Pengambilan keputusan adalah sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia.[4] Menurut Tolbert dalam Muhammad Thayeb pengambilan keputusan adalah suatu proses sistematik dimana berbagai data digunakan dan dianalisis atas dasar  prosedur yang eksplisit, dan hasil-hasilnya dievaluasi sesuai dengan yang diinginkannya. [5]
Menurut Scehermerhorn, Hunt, dan Osborn dalam Juliansyah pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan tindakan tertentu dari suatu masalah dan kesempatan. Suatu masalah adalah ketidak sesuaian antara keadaaan saat ini dengan keadaan yang diinginkan, yang memerlukan pertimbangan dan perlunya tindakan cepat.[6]
Selanjutnya menurut Eti & dkk pengambilan keputusan merupakan perumusan beberapa alternatif tindakan dalam menggarap situasi yang dihadapi serta menetapkan pilihan yang tepat antara beberapa alternative yang tersedia setelah diadakan evaluasi mengenai efektivitas alternative tersebut untuk mencapai tujuan para pengambil keputusan.[7]
Dari kutipan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa decision making model atau pengambilan keputusan adalah sebuah cara/keterampilan untuk membuat suatu keputusan yang mengarah kepada suatu pilihan yang disesuaikan dengan keadaan diri sehingga sesorang dapat memutuskan satu pilihan dari beberapa pilihan yang dihadapinya.
2.      Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan yang dibuat oleh seseorang dapt dipengaruhi oleh beberapa-beberapa faktor. Menurut Ivancevich dalam Juliansyah ada 4 faktor yang mempengaruhi Pengambilan keputusan yaitu :
a.       Nilai, nilai dapat dilihat sebagai panduan yang digunakan seseorang keetika dihadapkan pada situasi dimana dirinya harus mengambil sebuah pilihan. Pengaruh nilai dalam pengambilan keputusan dapat ditemukan pada : Menetapkan tujuan, mengembangkan alternative, pemilihan alternative, implementasi keputusan, evaluasi, dan control.
b.      Kecendrungan terhadap resiko, pengambilan keputusan yang memiliki kecendrungan menghindari resiko yang rendah akan menetapkan tujuan yang berbeda, dan memilih alternative dengan cara yang berbeda pada situasi yang sama dibandingkan dengan pengambilan keputusan yang memiliki kecendrungan menghindari resiko yang tinggi.
c.       Disonansi kognitif; sering kali terjadi ketidakkonsistenan atau disharmoni antara berbagai aspek kognitif individu (sikap atau keyakinan) setelah keputusan dibuat. Artinya ada konflik antara apa yang diketahui dan dipercaya oleh pengambilan keptusan dengan apa yang telah dilakukan, akibatnya pengambilan keputusan akan memiliki keragu-raguan terhadap pilihan yang diambil.
d.      Peningkatan komitmen; bertambahnya komitmen terhadap keputusan sebelumnya dimana seharusnya pengambilan keputusan yang rasional akan memilih untuk mundur. Hal ini disebabkan oleh keinginan untuk mengubah keputusan yang buruk menjadi keputusan yang baik.[8]
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah nilai seseorang ketika dihadapkan pada situasi yang mengharuskan mengambil sebuah pilihan, kecendrungan seseorang terhadap resiko, sering terjadi ketidaksuaian antara aspek kognitif dengan sikap atau keyakinan, serta peningkatan komitmen seseorang terhadap apa yang telah diputuskan.
3.         Langkah-Langkah Teknik Decision Making Model Dalam Konseling Kelompok
Menurut Zunker dalam Hadiarni pengambilan keputusan dalam konseling kelompok dapat dilakukan dengan beberapa kangkah diantaranya adalah :
a.         Anggota kelompok menyatakan alasan mengikuti kegiatan konseling, serta mengungkapkan masalah pribadi yang berkenaan dengan pilihan karirnya. [9]
b.        Membuat komitmen waktu. Konselor harus memastikan bahwa setiap individu membuat komitmen tentang waktu yang diperlukanya untuk mencapai tujuan individual yang telah ditetapkannya. Waktu yang ditetapkan itu harus realistis dan harus benar-benar dipatuhi.[10]
c.         Mengarahkan kegiatan. Tujuan langkah ini adalah untuk mempersempit alternatif dalam penelusuran karir. Siswa diharuskan menyelesaikan tugas-tugas individual (seperti mengerjakan tes minat, mereviu film, dan mempelajari literatur tentang okupasi). Presentasi individual dalam kelompok mungkin diperlukan untuk memberi penguatan terhadap pembuatan keputusan ini.[11]
d.        Mengumpulkan  informasi. Pertemuan kelompok diadakan untuk berbagi cerita tentang kegiatan yang telah diselesaikan pada langkah sebelumnya. Interaksi kelompok teman sebaya akan cenderung memberikan reinforcement kepada para siswa dalam eksplorasi karir lebih jauh. Konselor harus siap untuk memberikan saran-saran tentang sumber-sumber informasi yang spesifik untuk setiap individu. Diskusi kelompok sebaiknya mencakup hakikat pengelompokan karir, informasi pasar kerja, kesempatan untuk mengembangkan diri, rekan sekerja, waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan diri untuk okupasi tertentu, skala gaji, dan informasi lain semacamnya untuk masing-masing karir yang sedang dipertimbangkan. [12]
e.         Berbagi informasi dan memperkirakan konsekuensi yang mungkin dihadapi. Langkah ini dimaksudkan untuk membantu siswa memprediksi keberhasilan berdasarkan informasi yang terkumpul.[13]
f.         Untuk evaluasi ulang, dan biasanya dilaksanakan dalam diskusi kelompok. Para siswa berbagi kemungkinan keberhasilan dalam jenis okupasi tertentu yang telah mereka eksplorasi pada langkah-langkah sebelumnya. Tujuan langkah ini adalah untuk memberikan stimulus untuk memperkuat pengambilan keputusan tentang karir yang telah dipilih atau untuk mengubah arah dan kembali ke langkah-langkah terdahulu. Presentasi individual mungkin diperlukan, terutama bagi mereka yang akan kembali ke langkah-langkah sebelumnya.[14]
g.        Untuk mengambil keputusan tentatif.
Tujuannya adalah agar siswa mempersempit pilihannya dan mencoret kemungkinan yang paling tidak diinginkan yang telah dipertimbangkannya hingga tahap ini. Proses pencoretan tersebut mungkin memerlukan pertimbangan teman sekelompok dan mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan itu bersama-sama atau, bagi individu tertentu, untuk mengeksplorasi pekerjaan-pekerjaan lain yang belum dipertimbangkan. Para siswa itu sebaiknya didorong untuk mengingat-ingat berbagai keterampilan yang sudah mereka pelajari hingga saat ini.[15]
h.        Langkah terakhir dalam proses pembuatan keputusan karir ini disebut “recede” (surut). Setiap anggota kelompok didorong untuk memandang pembuatan keputusan karir sebagai proses yang berlangsung terus yang dapat digunakan dalam berbagai situasi lain. Idealnya, kelompok ini sebaiknya mengakui bahwa meskipun pembuatan keputusan itu harus sistematik, membawa individu pada umumnya menuju solusi yang memuaskan, ini juga merupakan proses yang senantiasa berulang setiap kali orang menyerap informasi baru, mengkristalkan ekspektasi karir, dan belajar tentang lebih banyak nilai-nilai pribadi yang terkait dengan dunia kerja.
Senada dengan hal diatas menurut Schemerhorn dalam Juliansyah ada lima langkah dalam pengambilan keputusan diantaranya adalah :
a.          Mengenal dan mendefenisikan masalah dan kesempatan.
b.         Mengidentifikasi dan menganalisa berbagai alternative tindakan dan mengestimasi pengaruh dari masalah dan kesempatan.
c.          Memilih tindakan yang paling mempengaruhi.
d.         Mengimplementasikan pilihan tindakan, dan
e.          Mengevaluasi hasil dan tindak lanjut.[16]
Selanjutnya, menurut H. Simon dalan Kartono mengemukakan proses/langkah-langkan dalam pengambilan keputusan yaitu :
a.          Intelligence activity, yaitu proses penelitian situasi dan kondisi dengan wawasan yang intelligent.
b.         Design activity, yaitu proses menemukan masalah. Mengembangkan pemahaman dan menganalisa kemungkinan pemecahan masalah serta tindakan lebih lanjut; perencanaan pola kegiatan.
c.          Choise activity, yaitu memilih salah satu tindakan dari sekian banyak alternatif atau kemungkinanan pemecahan.[17]
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam pengambilan keputusan dimulai dari seseorang mengemukakan atau mengenal masalah yang berkenaan dengan karir, mencari infomasi, dan diakhiri dengan mengevaluasi kembali keputusan-keputusan yang telah diambil.
Semoga bermanfaat




[1] Hadiarni, Irman, Konseling Karir, ( Stain Batusangkar Press : 2009 ) hal 157
[2] Andi Mapplare, Kamus Istilah Konseling & Terapi (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2006) Hal 80
[3] Hadiarni, Irman, Konseling Karir..., hal 157
[5] Muhammmad. Thayeb,…, hal 33

[6] Juliansyah Noor, Penelitian Ilmu Manajemen (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013) hal 196
[7] Eti, Pontjorini, & Prima Gusti, Sistem Infomasi Manajemen Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Akasara,  2006 ) hal 152
[8] Juliansyah Noor, Penelitian Ilmu Manajemen,…,hal 206
[9] Hadiarni, Irman, Konseling Karir  ..., hal 157
[10] Hadiarni, Irman, Konseling Karir ..., hal 157
[11] Hadiarni, Irman, Konseling Kari r ...,hal 157
[12] Hadiarni, Irman, Konseling Karir..., hal 157
[13] Hadiarni, Irman, Konseling Karir..., hal 157
[14] Hadiarni, Irman, Konseling Karir ...,hal 157
[15] Hadiarni, Irman, Konseling Karir ...,hal 157
[16] Juliansyah Noor, Penelitian Ilmu Manajemen,…,hal 196
[17] Kartino, Kartini, Pemimipin dan Kepemimpinan (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 1998) hal 128