Kamis, 20 Oktober 2016

pengertian dan tujuan konseling kelompok

                                                                                                                                KONSELING KELOMPOK
1.      Pengertian Konseling Kelompok
Konseling kelompok berasal dari dua kata yaitu konseling dan kelompok. Istilah konseling diadopsi dari bahasa Inggris “counseling” didalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take counsel). [1] Jadi secara etimologi konseling berarti pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran. Secara istilah konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara dan teknik-teknik pengubahan tingkah lakunya oleh seorang ahli (konselor) kepada individu atau individu yang sedang mengalami masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.[2]
Sedangkan pengertian kelompok menurut H. Smith dalam Slamet Santosa adalah suatu unit yang  terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi.[3]


Konseling  kelompok merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada siswa melalui kelompok untuk mendapatkan informasi yang berguna agar dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi, mampu menyusun rencana, membuat keputusan yang tepat, mengembangkan pemahaman terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan dalam membentuk perilaku yang lebih efektif dengan menggunakan dinamika kelompok. Konseling kelompok dapat dimaknai sebagai suatu upaya guru pembimbing membantu memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota  kelompok melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal.[4]
 Winkel dalam Namora menjelaskan bahwa konseling kelompok merupakan pelaksanaan proses konseling yang dilakukan antara seorang konselor profesional dan beberapa klien sekaligus dalam kelompok kecil.[5] Pelaksanaan  konseling kelompok bermaksud memanfaatkan dinamika kelompok sebagai media dalam upaya membimbing individu-individu yang memerlukan.[6] Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang teratur  dari individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain.
Jadi, konseling kelompok adalah suatu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan klien untuk mengentaskan permasalahan yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok dengan menggunakan dinamika kelompok sehingga anggota kelompok (klien) memperoleh keterampilan membuat keputusan untuk menemukan solusi yang memuaskan terhadap masalah yang dialami.
2.      Tujuan Konseling Kelompok
Tujuan Konseling Kelompok menurut Prayitno dalam Tohirin terbagi atas dua yaitu secara umum dan secara khusus. Secara umum tujuan konseling kelompok adalah berkembanganya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan berkomunikasi. Melalui pelayanan konseling kelompok, hal-hal dapat menghambat  atau menganggu sosialisasi dan komunikasi siswa diungkap dan didinamikakan melalui berbagai teknik, sehingga kemampuan sosialisasi dan berkomunikasi siswa berkembang secara optimal dan mengentaskan masalah klien dengan memanfaatkan dinamika kelompok. [7]
Secara  khusus, karena layanan konseling kelompok berfokus pada masalah pribadi individu peserta layanan, maka layanan konseling kelompok yang insentif dalam upaya pemecahan masalah tersebut, para peserta memperoleh dua tujuan yaitu : pertama, berkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap terarah kepada tingkah laku khususnya, bersosialisasi dan berkomunikasi. Kedua, terpecahnya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbas pemecahan masalah tersebut.[8]
Dalam literatul mengenai konseling kelompok ditemukan dalam karya Erle M. Ohslen, Don C. Dinkmeyer dan James J. Muro serta Gerald Corey dalam Winkel & Sri Hastuti, ditemukan sejumlah tujuan umum dari pelayanan bimbingan dalam konseling kelompok sebagai berikut :
a.    Masing-masing konseli memahami dirinya dengan baik dan menemukan dirinya sendiri. Berdasarkan pemahaman diri itu dia lebih rela menerima dirinya sendiri dan lebih terbuka terhadap aspek-aspek positif dalam kepribadiannya.
b.    Para konseli mengembangkan kemampuan berkomunikasi satu sama lain, sehingga mereka dapat saling memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang khas untuk fase perkembangan mereka.
c.    Para konseli memperoleh kemampuan mengatur dirinya sendiri dan mengarahkan hidupnya sendiri, mula-mula dalam kontak antarpribadi di dalam kelompok dan kemudian juga dalam kehidupan sehari-hari diluar lingkungan kelompoknya.
d.   Para konseli menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih mampu menghayati perasaan orang lain. Kepekaan dan penghayatan ini akan membuat mereka lebih sensitif juga terhadap kebutuhan psikologis dan alam perasaan sendiri.
e.    Masing-masing konseli menetapkan suatu sasaran yang ingin mereka capai, yang diwujudkan dalam sikap dan prilaku yang lebih konstruktif.
f.     Para konseli lebih menyadari dan menghayati makna dari kehidupan manusia sebagai kehidupan bersama, yang mengandung tuntutan menerima orang laindan harap akan diterima oleh orang lain.
g.    Para konseli belajar berkomunikasi dengan seluruh anggota kelompok secara terbuka, dengan saling menghargai dan saling menaruh perhatian. Pengalaman bahwa komunikasi yang demikian dimungkinkan, akan membawa dampak positif dalam kehidupan dengan orang lan yang dekat padanya.[9]
                   
              Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok bertujuan untuk melatih kemampuan berkomunikasi siswa, rasa tenggang rasa, rasa kepedulian, serta terentaskannya masalah yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.



[1] Tohirin, Bimbingan dan Konseling disekolah Madrasah  ( Pekan Baru : PT Raja Grafindo, 2007 ) hal 22
[2] Soli Abimanyu, Thayeb Manrihu, Tehnik dan Laboratorium Konseling (Jakarta: Depdikbud, 1996 ) hal 12
[3] Slamet Santosa, Dinamika Kelompok ( Jakarta : PT Bumi Aksara, 2004) hal 6
[4] Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004) Cet ke-2, h. 315
[5] Namora Lumongga, Memahami Dasar-Dasar Konselong dalam teori dan praktik (jakarta : Prenada Media Group, 2011 ) hal 198
[6] Prayitno, Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok ( Padang, 1995 )hal 65
[7] Tohirin, Bimbingan dan Konseling disekolah Madrasah,..., hal 181
[8] Tohirin, Bimbingan dan Konseling disekolah Madrasah,…, hal 182
[9] Winkel& Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Intitusi Pendidikan (Yogyakarta: Media Abadi. 2004 ) hal. 592-593

Tidak ada komentar:

Posting Komentar